Lapsus
Minggu 05 September 2021 22:46
Tri Mumpuni saat berkesempatan bersama Pangeran Charles di Inggris. (FOTO: Ashden.org)
\"Share

BANTENEXPRES - Nama Tri Mumpuni tercantum dalam daftar ilmuwan muslim paling berpengaruh di dunia di laporan The World's 500 Most Influential Muslims 2021. Namanya bersanding dengan 21 ilmuwan muslim dari penjuru dunia yang dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre.

Tri Mumpuni yang lahir di Semarang pada 6 Agustus 1964 adalah ilmuwan pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektrik. Ilmunya sudah diterapkan di 65 desa seluruh Indonesia dan satu desa di Filipina melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).

Perempuan yang dijuluki Wanita Listrik ini mendapat penghargaan Ashden Awards 2012. Dia juga disebut dalam pidato Presiden AS ke-44 Barack Obama di Presidential Summit on Entrepreneurship, yang merupakan pertemuan wirausaha negara muslim, pada 27 April 2010.

Dikutip dari detikFinance, Tri kerap diajak suaminya untuk melihat potensi air sebagai pembangkit listrik. Saat itu suaminya sedang membangun pembangkit kecil 13 KW di desa Subang dengan 144 KK. Saat akhirnya listrik berhasil masuk, Tri mengaku merinding.

"Pas listrik menyala mereka akan berteriak Allahu Akbar. Saya sering merinding di tengah tengah penduduk di daerah terpencil bahkan kadang di tengah hutan pada waktu itu yang gelap gulita tiba tiba terang oleh listrik yang kita bangun," kata Tri dikutip detikEdu.

Tri Mumpuni menuturkan, kunci keberhasilan listrik di daerah terpencil adalah menganggap listrik sebagai modal sosial bangsa. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah alat untuk pemberdayaan masyarakat bukan mencari uang.

"Saya katakan pendekatan kita membangun listrik adalah modal sosial rakyat. Rakyat rela bekerja tanpa dibayar karena memang mereka sadar kemanfaatan yang akan mereka peroleh. Dengan cara ini, maka fasilitas yang dibangun akan berkelanjutan," jelas Tri.

Pelaksanaan pembuatan fasilitas listrik ini tidak mudah jika dihadapkan dengan sistem pembiayaan di Indonesia. Sistem business as usual tidak memungkinkan adanya proses pemberdayaan masyarakat. Dengan sistem ini masyarakat menjadi objek yang harus disuapi.

Artinya, Indonesia perlu terobosan untuk mendukung Nawacita yang mengharuskan pembangunan dari pinggiran. Terobosan ini merupakan kesempatan emas bagi rakyat desa untuk hidup makmur dengan mudah. Mereka yang lebih mampu harus menjadi fasilitator agar orang desa mampu membangun dirinya.

"Desa harus punya aset dan rakyat dengan sendirinya akan punya cash basis. Saya tidak asal ngomong, karena saya sudah membuktikan hal ini sangat mungkin, betul betul sangat mungkin," kata Tri.

Merangkum dari berbagai sumber, Tri mengaku sangat jatuh cinta dengan desa dan segala alamnya karena desa sangat alami dan penuh dengan potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakatnya.

Meski menjalin hubungan baik dengan pemerintah setempat, namun Tri menolak bekerja sama dengan pemerintah terkait biaya. Ia tak ingin PLTMH dibiayai menggunakan APBN atau APBD karena membuat masyarakat tak terlibat.

Jika masyarakat tak dilibatkan, Tri takut jika mesin PLTMH rusak, masyarakat tak bisa memperbaikinya dan tak ada rasa kepemilikan oleh masyarakat itu sendiri. Karena tak ingin melibatkan pemerintah dalam pembiayaannya, Tri mengandalkan uang dari CSR perusahaan.

Atas usahanya, Tri kini sudah berhasil menerangi 61 desa terpencil di seluruh Indonesia. Puluhan desa tersebut tersebar di berbagai provinsi yakni di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sumba, Papua dan masih banyak lagi.

PLTMH buatan Tri tak hanya bisa menghasilkan daya listrik yang cukup untuk masyarakat desa. Namun, juga bisa mengalirkan air dari dataran rendah dan sungai, ke dataran lebih tinggi. Bagi beberapa masyarakat, di Sumba misalnya, hal ini sangat membantu.

Sebab, sebelum ada PLTMH mereka harus berjalan kaki selama enam jam ke sumber air. Namun, setelah adanya PLTMH tak ada lagi jarak tempuh karena air sudah tersedia dekat dengan rumah penduduk.

Waktu yang digunakan untuk mengambil air, dimanfaatkan masyarakat untuk bekerja dan hal ini tentu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Atas jasa Tri dalam menerangi desa menggunakan PLTMH gagasannya yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, ia mendapatkan berbagai penghargaan. Penghargaan yang pernah diraih salah satunya Ashden Award 2012 di Inggris, penghargaan ini diberikan langsung oleh Pangeran Charles sebagai salah satu penggagas Ashden Awards. Penghargaan lain yang pernah didapatnya adalah Climate Hero 2005 dari World Wildlife Fund for Nature dan Penghargaan Ramon Magsaysay 2011. (***)

Berbagai sumber

Tentang Kami | Hubungi Kami | Redaksi | Disclaimer

PT BantenExpres Siber Media ©2018     develop by mitratek