BANTEN berdiri sudah 14 tahun-semenjak berpisah dari Provinsi Jawa Barat, kini Banten dihadapkan dengan berbagai persoalan antaranya tentang isu korupsi yang menghantam dinasti Rau, Ratu Atut Choisyah, Gubernur Banten saat ini. Juga persoalan-persoalan sosial lainnya di Banten ditambah pembangunan infra dan sufrastruktur yang belum maksimal dibawah duet Ratu Atut – Rano Karno.
Korupsi dan birokrasi di Banten dimasa kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno menjadi perhatian masyarakat luas bukan hanya masyarakat Banten. Puncaknya saat Gubernur Banten Ratu Atut ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas berbagai dugaan korupsi selama ia menjabat, dan menjadi pesakitan saat ini.
Kini orang nomer satu di Provinsi Banten itu menghadapi dakwaan dari para pengadil bersama “putra mahkota Banten” yang tak lain adalah adik kandungnya, Tubagus Chaeri Wardana atau yang sering disapa dengan panggilan Wawan.
Sementara masyarakat Banten yang tersebar di 8 (delapan) Kota dan Kabupaten hanya bisa menyaksikan pemimpinya duduk dimeja pesakitan atas segala “keserakahannya” menumpuk harta, bergelimpang tahta, dikelilingi wanita-wanita cantik.
Bagaimana Banten saat ini? Masyarakatlah yang bisa merasakan. Berikut petikan wawancara BantenExpres dengan salah satu Sultan Banten generasi k-12, Drs Tubagus Ismetullah Al-Abbas, tentang Banten dan peran kepemimpinan di Banten saat ini.
Bagaimana Banten saat ini menurut Anda?
“Kalau boleh kita katakan sekarang, Banten saat ini ‘Banten Baru’. Kita kembali Banten kebelakang lagi, dan kita harus mulai lagi, tentu memulai itu dari amanah masyarakat Banten, ketika ingin Banten menjadi provinsi. Yang diamanahkan itu adalah kesenjangan masalah sosial yang ada di Banten, jelas kembali kepada masalah sosial itu, antaranya, kemiskinan, kesejahteraan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Itulah tugas kita bersama masyarakat Banten agar kedepan Banten benar-benar sesuai dengan harapan dan yang dicita-citakan masyarakat Banten selama ini.”
Banten kini berusia hampir 14 tahun, apa komentar Anda?
“Banten sudah berusia 14 tahun. Sebetulnya sudah ada kemajuan, Banten sudah menjadi provinsi, infrastruktur sudah dibenahi, kemudian saya melihat beberapa pilkada itu sukses, dan kita mempunyai pemerintahan sendiri. Nah ketika terjadi suatu ‘musibah’ pada hari ini, yah tentu kita harus mulai kembali, dan saya menyebutnya adalah sebagai ‘Banten Baru’. Jadi Banten Baru itu, membenahi apa yang menjadi kekurangan yang lalu.”
Bagaimana kepemimpinan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di mata Anda selama ini?
“Kita juga tidak boleh membohongi keberadaan masyarakat, artinya secara perlahan-lahan Banten sudah mengalami kemajuan itu yang disebutkan infra dan sufrastrukturnya sudah membaik, dibandingkan Banten ketika masih menjadi Provinsi Jawa Barat. Jadi, diakui atau tidak diakui sudah ada kemajuan, ada kemajuan di era Gubernur Banten Ratu Atut. Tinggal bagaimana 'Banten Baru' ini melanjutkan. Dan saya juga berharap masyarakat tidak menjadi gaduh dengan bicara hari ini, karena kalau kita bicara gaduh akhirnya masyarakat Banten sendiri yang akan menjadi korban, wong-wong cilik itu yang menjadi korban. Tetapi ketika bahasa melanjutkan perjuangan yang dipakai, insya Allah ada satu keberkahan Allah SWT disitu.”
Bagaimana kinerja DPRD Banten sendiri saat ini menurut Anda?
“Saya melihat DPRD Banten saat ini perihatin, artinya lebih kepada hajatan lima tahunan, tidak lebih itu. Yang semestinya DPRD itu bisa berbuat sesuatu untuk masyarakatnya, misalnya ketika DPRD mempunyai dana aspirasi, dana aspirasi itu kan satu tahun dua kali, itu semestinya bisa berguna untuk masyarakat/konstituennya untuk menyampaikan sesuatu dan segala macam kepentingan masyarakat. Dan kemudian menurut saya perda-perda yang dihasilkanpun masih sangat sederhana, belum maksimal dirasakan masyarakat Banten, nanti kedepan ini harus diperbaiki.”
Menurut Anda apa sih sebenarnya keinginan masyarakat Banten saat ini?
“Saya sering bersilaturhami, berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Banten, seperti dengan tokoh-tokoh dari Banten bagian Selatan, mereka masih mengeluh dan membutuhkan infrastruktur, fasilitas jalan, sarana pendidikan, yah masih berkutat diseputar wilayah sosial. Bagaimana kesehatan masyarakat, pendidikan masyarakat, ekonomi masyarakat dan lainnya. Kan kalau kita bicara wilayah Banten bagian Utara cenderung sudah mulai baik, tetapi di Banten bagian Selatan masih mengeluhkan persoalan masalah-masalah sosial antaranya tadi.”
Anda setuju dengan Rano Karno menggantikan Ratu Atut?
“Jadi Undang-undang mengatakan sudah mengharuskan kita harus taat, dan kita juga tidak boleh melabrak Undang-undang itu, siapa itu Rano Karno? Dan siapapun itu, ketika Gubernur Atut yang sekarang menjadi terdakwa, itu kan Undang-undang, kemudian dengan sendirinya harus ada PLT. Undang-undang pun mengatakan, PLT itu harus wakil gubernur, kemudian wakilnya bagaimana? nah itu harus diserahkan kepada mekanisme partai pengusung dan itu semua Undang-undang yang mengatur. Jadi kita harus taat pada Undang-undang dan tidak perlu gaduh, dia bukan orang Banten kek, dia orang Banten kek, Undang-undang yang mengatur.”
Bagaimana menurut Anda kinerja Rano Karno selama menjabat mendampingi Gubernur Ratu Atut?
“Rano Karno itu kan artis hee.. hee.. yang namanya artis yah harus menyesuaikan diri, dan harus banyak belajar juga. Saya kira beliau mampu menjadi gubernur, beliau punya banyak pengalaman, ikut Ratu Atut sudah lumayan, jadi wakil Bupati Tangerang juga sudah menyenyam pengalaman. Saya kira Rano Karno, saya yakin bisa memimpin Banten.”
Dengan berbagai persoalan yang muncul di Banten saat ini, utamanya tentang issue-issue korupsi, apa pendapat Anda?
“Kadang-kadang kita sering menjenalisir persoalan, Banten itu bodoh, Banten itu miskin, Banten penuh korupsi, tetapi itu sebuah pemahaman orang yang keliru. Karena orang lain, satu dua orang berbuat korupsi, maka orang Banten teropinikan jelek dan banyak yang salah. Saya kira di Banten masih banyak orang-orang yang mempunyai potensi bagus, orang yang amanah masih banyak, orang yang jujur masih banyak.”
Terakhir, Banten kedepan?
“Banten kedepan sebagaimana historis menyampaikan kepada kita, leluhur menyampaikan kepada kita kemudian memberikan pedoman-pedoman, saya kira Banten kedepan kembali kepada persoalan-persoalan historis. Banten itu bisa maju saya yakin, kaitan dengan persoalan tidak hanya orang Banten yang bisa membangun disitu, tetapi orang diluar Banten pun mangga. Dan Banten berkembang pun karena lintas etnis, lintas suku, dan orang Banten tidak boleh bersombong-sombong ria karena kita masih butuh orang lain, itulah Kebhinekaan,”.